Publikamalut.com
Beranda News Maluku Utara Mestinya Jadi Kota Transaksi Ekonomi Lintas Global

Maluku Utara Mestinya Jadi Kota Transaksi Ekonomi Lintas Global

Dosen Ekonomi Unkhair Ternate Mohtar Adam (dok: istimewa)

PUBLIKA-Sofifi, Usia Provinsi Maluku Utara masuk pada 23 tahun bukan waktu yang pendek dalam menjelajah wilayah yang konon makmur tapi miskin. Hal ini disampaikan Dosen Ekonomi Unkhair Ternate, Mohtar Adam pada wartawan, Senin (10/10).

Mohtar menggunakan Maluku Utara, dikenal sebagai Provinsi Rempah, dengan potensi sumberdaya alam yang berlimpah, baik potensi darat, gugus pulau dan laut, tersaji dalam satu kawasan Moloku Kie Raha, terletak di jalur perdagangan tersibuk di dunia, baik pada lintasan perairan maupun udara yang saling berseliwerang kapal dan pesawat menyatukan bandara dan pelabuhan menjadi titik saling bersentuhan kegiatan Ekonomi global, menjadikan Malut sebagai wilayah yang menjanjikan bagi pertunbuhan ekonomi global.

“Maluku Utara mestinya menjadi kota dunia yang menyambungkan berbagai transaksi lintasan global, selain dikenal menyumbang energi global yang menjanjikan ditengah tekanan atas minyak bumi dan batu bara, nikel menjadi solusi energi global yang dibutuhkan berbagai negara di berbagai benua, posisi Malut sebagai produsen nikel bagi kebutuhan konsumsi global, layaknya di tempatkan sebagai kawasan yang lebih strategis untuk menopang kinerja ekonomi Indonesia dan pembangunan bagi tujuan pembangunan nasional dan daerah,”ungkapnya.

Namun Dosen Ekonomi Unkhair Ternate itu Sayangkan di tengah kemegahan ekonomi dengan berbagai potensi yang memenuhi kebutuhan konsumsi global Maluku Utara masih masuk dalam kategori provinsi terkeblakang, provinsi yang tidak memiliki daya tawar nasional yang strategis

“Maluku Utara hanya menjadi masyarakat kelas kedua, pada posisi kebijakan Nasional, baik dari sisi fiskal maupun berbagai kebijakan ikutan yang mampu menempatkan Maluku Utara sebagai provinsi strayegis, dan pusat pertumbuhan ekonomi baru di tengah resesi global yang mengancam perekonomian dunia,”sebutnya.

Mohtar menyinggung terkait dengan Forum G20 di Bali, memperbincangkan aspek keuangan dan investasi, Malut menjadi buah bibir yang di perbincangkan sebagai kawasan yang mampu mendorong investasi sektor tambang, menyangah neraca perdagangan, memenuhi kebutuhan pasar global, investasi dan keuangan.

”namun di sayangkan Maluku Utara seolah kehilangan posisi dalam merumuskan kebijakan pembangunan sebagai dampak dari lemahnya kualitas kepemimpinan provinsi yang tak cukup mampu mengartikulasikan momentum pertumbuhan ekonomi sebagai motor penggerak sejahtera warganya,”ujarnya.en

Mohtar mengaku, dampak yang dirasakan, pemimpinnya menjual keberhasilan dengan pertumbuan ekonomi yang tertinggi di Indonesia bahkan dunia, tapi faktanya menyedihkan rakyatnya mengalami keterpurukan akibat dampak kenaikan harga BBM, komoditi andalan Kopra anjlok dari Quartal-1 2022 sebesar Rp. 12.000/Kg, tersisa pada Quartal-4 2022, anjlok tersisa 4.000/Kg, sebagian rakyat menjelang Natal dan tahun baru mengalami proses pemiskinan yang makin dalam, masuk kategori kemiskinan ekstrim di pulau Halmahera yang dikenal sebagai pusat ekspor tambang, di pulau2 kecil, deretan miskin makin terasa dari keterpurukan yang makin dalam.

“masih saja ada kebanggaan pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusif mekain menyayat hati ditengah kegembiraan 23 tahun mendapatkan kado Provinsi, Harga Kopra menjadi iktiar akan arti pentingnya membenahi ekonomi rakyat yang menyentuh ddapur-dapur rakyat, yang sekarang mengalami pertumbuhan minus,”ungkapnya.(red)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Iklan