Publikamalut.com
Beranda Ruang Kata Dinamika Mahasiswa Baru UMMU

Dinamika Mahasiswa Baru UMMU

Oleh : Laily Ramadhany Can
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMMU

Memasuki tahun ajaran baru, terutama 2025/2026, selalu menjadi momen penting dalam siklus akademik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Tidak hanya sebagai awal dari proses pendidikan tinggi, namun juga menjadi titik masuk generasi muda yang membawa harapan, tantangan, dan dinamika tersendiri. Mahasiswa baru UMMU bukan sekadar angka dalam statistik penerimaan, mereka adalah wajah masa depan daerah, khususnya Maluku Utara, yang akan memainkan peran penting dalam pembangunan sosial, politik, dan ekonomi.

Mahasiswa baru UMMU berasal dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan geografis. Mayoritas berasal dari kabupaten/kota di Maluku Utara, seperti Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Ternate, dan Tidore, namun juga ada yang datang dari luar Provinsi Maluku Utara. Keberagaman ini mencerminkan posisi UMMU sebagai salah satu perguruan tinggi strategis di kawasan timur Indonesia.

Menurut data akademik tahun 2024, sekitar 60% mahasiswa baru merupakan lulusan SMA dari daerah rural dengan akses pendidikan menengah yang minim. Ini berdampak pada variasi tingkat kesiapan akademik, penguasaan teknologi, hingga kemampuan literasi dasar, termasuk literasi digital dan literasi Al-Qur’an bagi mahasiswa Muslim (UMMU, 2024).

Penelusuran wawancara dengan 20 mahasiswa baru FISIP UMMU tahun 2024 lalu menunjukkan bahwa motivasi utama memilih UMMU adalah kedekatan geografis (40%), pertimbangan biaya (25%), dan identitas keislaman kampus (35%). Harapan mereka cukup tinggi: dapat memperoleh keterampilan yang relevan dengan dunia kerja, menjadi pemimpin masyarakat, dan memiliki jejaring sosial yang kuat.

Namun, di balik harapan tersebut, terdapat keraguan dan kecemasan. Banyak mahasiswa baru mengaku belum familiar dengan metode pembelajaran perguruan tinggi, mengalami kagetan budaya, dan menghadapi kesulitan dalam mengelola waktu dan tanggung jawab belajar secara mandiri.

Salah satu tantangan utama adalah adaptasi terhadap budaya akademik kampus. Mahasiswa baru cenderung membawa gaya belajar sekolah menengah yang berfokus pada hafalan, sementara pendidikan tinggi menuntut pemikiran kritis, diskusi, dan refleksi.
Ini menciptakan jurang antara ekspektasi dosen dan performa mahasiswa, terutama dalam mata kuliah dasar seperti Pengantar Ilmu Administrasi Publik, Bahasa Indonesia, dan Al Islam Kemuhammadiyahan.

Tantangan lainnya adalah kehidupan sosial di lingkungan kampus. Banyak mahasiswa baru yang mengalami kesulitan beradaptasi secara sosial, terutama mereka yang berasal dari desa-desa terpencil. Masalah seperti isolasi sosial, kesulitan membangun relasi dengan sesama mahasiswa, hingga tekanan ekonomi turut memengaruhi motivasi belajar dan partisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan (Nurdin & Hidayah, 2021).

Di FISIP UMMU, pendekatan kolegial antara dosen dan mahasiswa terus diperkuat melalui sistem pembimbing akademik yang aktif, kuliah umum pengenalan akademik yang walau pun terkadang tidak dilakukan, hingga pelatihan soft skills. Program orientasi mahasiswa baru tidak hanya difokuskan pada pengenalan fasilitas kampus, tetapi juga pada internalisasi nilai-nilai dasar UMMU: keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan kemuhammadiyahan.

Dosen diharapkan tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga mentor dan fasilitator perkembangan karakter mahasiswa. Pendekatan humanis dan kontekstual diperlukan agar mahasiswa merasa didengar dan didampingi dalam proses transformasi diri mereka (Fakhruddin, 2023).

UMMU perlu terus berinovasi dalam membangun sistem pendampingan yang adaptif terhadap dinamika mahasiswa baru. Penerapan teknologi dalam pembelajaran, seperti sistem Learning Management System (LMS) yang interaktif, pelatihan digital literacy, serta penguatan pusat konseling mahasiswa, harus menjadi prioritas institusional.

Lebih jauh lagi, keterlibatan mahasiswa senior sebagai peer mentor juga menjadi praktik baik yang patut diperluas. Pendekatan ini bukan hanya mengurangi beban dosen, tetapi juga membangun solidaritas antar generasi mahasiswa, menciptakan ekosistem belajar yang saling mendukung dan membangun (Siregar, 2020).

Dinamika mahasiswa baru di UMMU adalah cermin kompleksitas sosial dan tantangan pendidikan tinggi di kawasan timur Indonesia, terutama di Maluku Utara. Ia memerlukan pendekatan yang inklusif, kontekstual, dan berkeadilan. Sebagai institusi yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan, UMMU memiliki tanggung jawab moral dan akademik untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa baru tidak hanya diterima, tetapi juga tumbuh dan berkembang dalam ekosistem kampus yang lebih mendukung.
UMMU Maju…Ayo kuliah di UMMU.[]

BACA JUGA:Mahasiswa Dalam Narasi Pengabdian (Refleksi Untuk KKSD UMMU)

Komentar
Bagikan:

Iklan