Qurban; Sebuah Refleksi Pengorbanan

B. Aristha Garmalitha
Mahasiswa Psikologi UMMU & Pegiat Forum Ruang Kata UMMU
Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia memperingati Hari Raya Idul Adha, yang identik dengan ibadah Qurban. Pada hari ini tepat tanggal 06/06/2025 di Hari Jumat, umat Islam merayakan 10 Dzulhijjah 1446 H. 2025 M, hari qurban tersebut. Di mana hari yang di tunggu-tunggu dalam setahun sekali untuk menyambut ibadah qurban ini, kita dapat melihat atau mendengarkan betapa antusiasnya umat Islam menyambut Hari Raya Idul Adha, atau di sebut dengan ibadah qurban.
Ibadah Qurban berakar dari kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sebagai ujian iman, beliau dengan penuh kepasrahan melaksanakannya. Nabi Ismail pun menerima perintah itu dengan keikhlasan. Namun, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk penghargaan atas keimanan dan ketulusan mereka. Kisah ini mengajarkan nilai pengorbanan yang tulus dan menjadi inspirasi utama dalam ibadah Qurban.
Di balik penyembelihan hewan ternak seperti kambing, sapi, atau unta, terdapat nilai-nilai luhur yang sangat penting, baik dari sisi spiritual maupun sosial. Qurban tidak sekadar ritual penyembelihan, melainkan juga bentuk nyata pengorbanan, ketulusan, dan kepedulian terhadap sesama. Dalam konteks kehidupan masyarakat, Qurban memiliki peran penting dalam memperkuat solidaritas sosial dan membangun karakter umat.
Dalam kehidupan masyarakat modern, semangat Qurban tidak hanya diartikan sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian sosial. Daging hewan Qurban dibagikan kepada kaum dhuafa, fakir miskin, dan masyarakat sekitar tanpa membedakan status sosial. Momen ini menjadi peluang emas untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan keadilan. Banyak keluarga yang mungkin hanya setahun sekali bisa menikmati daging, dan Qurban menjadi sarana berbagi kebahagiaan kepada mereka.
Selain itu, pelaksanaan Qurban sering melibatkan gotong royong antarwarga, mulai dari pembelian hewan, penyembelihan, pemotongan, hingga distribusi daging. Ini menciptakan ruang kebersamaan yang sangat berarti, terutama di tengah masyarakat yang mulai tergerus oleh individualisme. Anak-anak dan remaja pun bisa belajar secara langsung tentang nilai kerja sama, empati, dan keikhlasan dalam proses Qurban ini.
Qurban juga mengajarkan bahwa harta yang kita miliki bukan semata-mata milik pribadi, melainkan ada hak orang lain di dalamnya. Maka dari itu, Qurban menjadi sarana melatih diri untuk tidak cinta berlebihan pada harta, serta belajar berbagi secara ikhlas. Ini sangat penting dalam membentuk karakter masyarakat yang saling peduli dan tidak egois.
Dalam konteks yang lebih luas, Qurban juga dapat menjadi refleksi atas tanggung jawab sosial kita. Masyarakat yang rutin menjalankan ibadah Qurban menunjukkan adanya kesadaran kolektif terhadap pentingnya berbagi. Ketika semangat ini terus hidup, maka akan tercipta kehidupan sosial yang lebih seimbang, harmonis, dan penuh dengan rasa kemanusiaan.
Dengan demikian, Qurban bukan hanya ritual tahunan, melainkan momentum untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Ibadah ini mengajarkan pentingnya berkorban demi kebaikan bersama dan menjadi pengingat bahwa kedekatan kita kepada Allah harus diwujudkan juga dalam bentuk kepedulian terhadap sesama manusia.[]
BACA JUGA:Memahami Kurban dalam Sosiologi